Akhirnya, Percy is back! Tak lain dan tak bukan di seri kedua dari The Heroes of Olympus. Judulnya, Son of Neptune. Seperti yang bisa ditebak. Ini adalah lanjutan dari The Lost Hero.
Sebelumnya, kita berkenalan dengan Jason, Piper, dan Leo serta kembali ke Camp Half-blood tercinta kita. Sekarang,
akhirnya kita kembali bertemu Percy (yes!), berkenalan dengan Hazel dan
Frank, serta mengunjungi Camp Jupiter untuk pertama kalinya. Jupiter?
Yeps, seperti yang bisa ditebak, buku ini (akhirnya) bercerita tentang
camp untuk Roman demi-god dan sisi Romawi para dewa.
Kisah bersetting sekitar
7-8 bulan sejak The Lost Hero. Dimulai dengan Percy yang melintasi San
Fransisco menuju Roman camp dengan dikejar dua Gorgon, saudari Medusa.
Dia tidak ingat siapa dan darimana ia berasal. Ia hanya ingat bahwa
namanya adalah Percy Jackson, dan seorang gadis bernama Annabeth (so
sweet!) Dua gorgon itu berkali-kali dibunuh tetapi terus hidup kembali.
Alasan Percy masih hidup adalah karena ia masih menyandang kutukan
Achilles dan membawa riptide.
Setelah menjatuhkan diri
dari tebing demi melarikan diri, Percy melihat sebuah terowongan.
Terowongan, yang bagi orang yang dapat melihat menembus Kabut, adalah
sebuah jalan masuk. Saat itulah Percy bertemu seorang wanita tua yang
menyebut dirinya June. June mengatakan bahwa terowongan itu adalah jalan
masuk ke Camp, dan ia meminta Percy membawanya ke sana. Di sana ia
dibantu oleh dua penjaga terowongan itu, dua anak bernama Frank dan
Hazel. Mereka membantu Percy melarikan diri dari para gorgon. Setelah
melewati terowongan sampailah mereka di sebuah lembah, dengan kota dan
perkembahan militer. Roma, Camp Jupiter.
Mereka harus melintasi
sebuah sungai. Sungai Tiber. Penjaga Roma. June mengatakan bahwa jika
Percy melewatinya, ia akan kehilangan kutukan Achilles, karena itu
adalah berkat Yunani dan tidak dapat berada di wilayah Romawi. Tetapi,
Percy tetap maju. Ia dan Hazel berhasil melewati sungai. Orang-orang
lain berdatangan. Tetapi, Frank masih terjebak di tengah sungai dan
nyaris tertangkap para gorgon. Akhirnya, Percy mengendalikan sungai dan
menenggelamkan kedua gorgon itu.
Ketika ancaman gorgon
berakhir, wanita tua itu menunjukkan identitasnya yang sebenarnya
sebagai sang Ratu Olympus, Juno. Juno memperkenalkan Percy pada semua
orang di sana "Romans, I present to you, the son of Neptune. For
months he has been slumbering, but now he is awake. His fate is in your
hands. The Feast of Fortune comes quickly, and Death must be unleashed
if you are to stand any hope in the battle. Do not fail me!"
Percy bertemu dengan
Reyna, satu dari dua praetor Legion yang sepertinya mengenal Percy (btw,
praetor Legion yg satunya ternyata Jason!). Kemudian, Percy dibawa ke
Camp. Camp Jupiter itu buedaaaa dengan Camp Half-blood. Pertama, kita
akan bertemu hantu. Yup, hantu, spirit, roh, yang mendiami Camp. Kedua,
yang tinggal di Camp bukan hanya demigod, tetapi juga para keturunan
demigod, dan ada banyak demigod dewasa. Camp itu sebesar kota. Dimana
para keturunan dewa dapat hidup normal, bekerja, melanjutkan ke
perguruan tinggi, sampai memiliki keluarga (waw!).
Hazel, sesuai perintah
Reyna, membawa Percy bertemu Octavian, keturunan Apolo, yang memiliki
kemampuan meramal melalui augury. Yah, bayangkan memotong perut binatang
dan menggunakan isi perutnya untuk ramalan. Hanya saja, Octavian
menggunakan boneka (^_^). Perlu ditambahkan lagi, Octavian adalah orang
menyebalkan yang mengincar kekuasaan, orang licik yang memiliki banyak
cara, dan berusaha mendapatkan posisi Jason sebagai praetor (Duh,
opiniku subyektif banget!)
Dalam perjalanannya,
Percy melihat berbagai kuil untuk para dewa. Ada kuil untuk Bellona, ibu
Reyna, dewi perang Romawi. Lalu kuis untuk Mars (yeah, Ares) dewa
terpenting kedua di Romawi (btw, Percy merasa kesal hanya melihat kuil
itu saja), kuil untuk Jupiter yang paling hebat tentu saja. Ouch, yang
paling tragis adalah orang Romawi tidak terlalu menyukai Neptunus.
Mereka takut pada laut dan hanya menggunakan kapal jika perlu. Jadi, yah
dapat dibayangkan perbedaan antara kuil Neptunus dan Jupiter
(>_<).
Entah berapa kali Percy
membunuh para gorgon, mereka tak bisa mati. Hal ini ternyata berlaku
untuk banyak monster. Kenapa para monster tak bisa mati? Yah, Hazel dan
saudaranya punya perkiraan bahwa ini disebabkan oleh tertangkapnya
Kematian, dan dikuasainya Pintu Ajal oleh Gaea dan pasukannya. Saudara
Hazel? Tebak siapa .... Nico! Nico, yang di Camp Jupiter disebut sebagai
wakil Pluto dan tergolong demigod terkuat dan terpenting. Tunggu dulu,
jadi Hazel itu? Yep, putri Pluto. Waw, Nico nggak mengenal Percy? Nico
(amat) kaget ketika melihat Percy, tetapi ia pura-pura tidak kenal.
Malam hari setelah
upacara penerimaan Percy dalam Legion dan diterimanya ia ke dalam Fifth
Cohort bersama Frank dan Hazel, mereka berpartisipasi dalam war game
(bayangkan permainan tangkap bendera, lengkap dengan mesin serang,
benteng, terowongan, dll).Di war game ini kita melihat keahlian Hazel
terhadap bumi, kecakapan Frank dalam strategi perang, dan (tentu saja)
Percy yang bersama riptide memecundangi semua petarung terbaik Legion
(menurut Frank, ia seperti iblis!). Fourth Cohort memenangkan game.
Di tengah-tengah
kemeriahan, seorang dewa mengunjungi mereka; Mars, sang dewa pelindung
Roma. Mars memperingatkan mereka tentang terantainya Kematian, Thanatos,
letnan Pluto. Terantainya ia membuat monster tak bisa mati, dan
orang-orang yang sudah mati kembali lagi. Mars memerintahkan sebuah
misi, yang dipimpin oleh Frank, yang ternyata adalah putranya (hah???).
Ia juga memerintahkan agar satu dari dua rekan Frank adalah Percy (balas
dendam pribadi. agar Percy 'belajar menghormatinya').
Jadi, Frank, Hazel, dan
Percy harus menuju Alaska, tanah di luar kekuasaan para dewa, dan
berhadapan dengan raksasa untuk membebaskan Thanatos. Hazel harus
menghadapi masa lalunya, ketika nasibnya dan apa yang ia sudah lakukan,
dilengkapi dengan kutukannya sebagai putri Pluto, membebaninya. Frank
bergulat mengatasi masalah keluarganya, baik ayahnya (yah, tak bisa
menyalahkan) ataupun ibunya. Ketika ia dipaksa untuk menemukan berkah
keluarganya demi menyelamatkan teman-temannya. Lalu Percy...., dengan
beban ingatannya yang perlahan kembali, dihadapkan dengan tanggung jawab
untuk menjaga kedua temannya, kerinduannya terhadap rumahnya dan
Annabeth (cihuy!), dan juga tanggung jawab barunya untuk melindungi Camp
Jupiter. Mereka harus membebaskan Thanatos sebelum Feast of Fortuna,
agar Camp Jupiter tetap dapat bertahan.
Soal karakternya, harus
kukatakan bahwa buku ini jauh lebih baik dari The Lost Hero. Jika kita
bicara tentang character development, Frank dan Hazel jelas menunjukkan
charcater development. Riordan kerja bagus dalam hal ini. Yah, kita tak
mendapatkannya dari Percy. Tentu saja. Maksudku, kita sudah tahu
segalanya tentang yang satu ini. Apa dia masih dapat mengalami character
development? Tentu, terutama dengan opini Juno yang menyatakan bahwa
Annabeth akan menjadi masalah dalam misi ini. Lihat saja nanti.
Bicara tentang mitologi,
aku semakin merasakan bedanya sisi Romawi dan Yunani para dewa. Paling
terasa pada Ares dan Mars, tentu saja. Mars menunjukkan bahwa seorang
dewa perang memiliki alasan untuk menginginkan perang, dan bahwa perang
bukan melulu tentang kekuatan tetapi juga strategi. Hal ini ditunjukkan
oleh Frank dan keahliannya dalam strategi (beda dengan Ares, cek The Lightning Thief). Kita juga mengetahui tentang dua sisi dari Pluto, kekayaan dan kematian. Kalau Hades cuma memiliki sisi kematian.
Ditambah lagi perbedaan
antara gaya perang Romawi dan Yunani (dapat dilihat dari gaya bertarung
Percy). Sistem di Camp Jupiter yang jauh lebih formal dan militernya
terasa sekali (jelas!). Menarik. Tetapi, aku tetap tidak suka dengan
bagaimana mereka tidak menghormati Neptunus! (Poseidon masih tetap dewa
favoritku). Dan ngomong-ngomong, aku penasaran seberapa berbeda Zeus,
Poseidon, dan Hades dengan Jupiter, Neptunus, dan Pluto, berhubung
mereka belum muncul.
Masih banyak yang aku
ingin katakan. Apa lagi ya? Oh, aku merasa para Greek demigod tetap
lebih penting bagi para dewa daripada Roman demigod. Alasannya karena
Greek demigod: dapat mengunjungi Olympus. mendapat bimbingan dari
tokoh-tokoh penting seperti Chiron (yg melatih para pahlawan selama 2
ribu tahun) dan Dionysus (akui saja! dia kan dewa Olympus!). Memiliki
Oracle. dan Ramalan Besar Pertama kelihatannya hanya teraplikasi untuk
mereka.
Yah, opini di atas
muncul ketika aku melihat bagaimana mekanisme ramalan bekerja di Roman
Camp. Teoriku, ramalan-ramalan itu sudah ada dari dulu, hanya kapan terjadinya
tak ada yang tahu. Ini-lah kelebihan seorang Oracle karena ia
memberikan ramalan yang sudah dekat waktu terjadinya. Roman Camp juga
tidak pernah mendengar tentang Ramalan Besar Pertama. Ramalan ini hanya
untuk Camp Half-Blood. Teori ini menutupi plot-hole yang kusebutkan di buku sebelumnya. Jika ini memang hanya untuk Greek demigod, jelas Jason tidak termasuk objek ramalan.
Percy..... I miss him. Saat
membaca bab-bab awal aku merasa, ini dia Percy. Walaupun dari
sudut-pandang-orang ketiga, dia masih Percy, dengan segala humornya.
Tetapi, seiring berjalannya waktu dan cerita, humor ini terasa
berkurang. Yah, mungkin karena bagaimanapun juga bukan hanya Percy yang
merupakan sentral kisah ini, he he.
Hm, yang perlu dicatat
adalah Alcyoneus bahwa Percy adalah demigod yang paling dibenci oleh
Gaea (pengecualian Jason, tentunya). Wajar sih, soalnya Percy-lah yang
paling bertanggungjawab terhadap kejatuhan anak kesayangannya, Kronos.
Yang membuat merinding, Gaea mengatakan bahwa ia akan menggunakan Percy!
Waw, bayangkan plot twist yg terjadi jika somehow Percy
digunakan oleh Gaea dan raksasa-nya untuk melawan Olympus. Ini serius
loh. Coba aja cek: ketika Percy melakukan judi melawan si Phineas dengan
taruhan nyawa atau lokasi Thanatos, Percy yakin bahwa Gaea akan lebih
memilihnya daripada Phineas. Gaea mengorbankan kaki-tangannya yang
berguna dan setia padanya demi Percy, yang jelas-jelas sebisa mungkin
akan selalu melawan Gaea.
Lalu bagian ini, kata-kata Gaea: "So
this is the demigod who destroyed my son Kronos.You don’t look like
much, Percy Jackson, but you’re valuable to me. Come north. Meet
Alcyoneus. Juno can play her little games with Greeks and Romans, but in
the end, you will be my pawn. You will be the key to the gods’ defeat".
Wuih! Apa yg bakal terjadi yah? Entah ini hanya berlaku dalam buku
ini, atau berlaku hingga Percy sampai di Alaska, atau......?????????
Kekurangannya. Ya ampun,
dimana para dewa? Interaksi kuno-modern itu keren abis. Dulu kita punya
Apollo dengan mobil sport, Circe dengan spa, dll. Di buku ini? kita hanya mendapatkan Thanatos dengan iPad.
Masih kurang!!!!!! Lalu berbagai istilah latin yang membuat kepalaku
pusing. Kusadari aku lebih mudah membayangkan istilah Yunani daripada
Latin. Entah karena sudah terbiasa dengan serial Percy Jackson atau
karena istilah Yunani lebih mengakar? Entahlah. Oh, dan ngomong-ngomong,
aku masih kaget banget menyadari bahwa nama Romawi Kronos adalah Saturn. Hah?
Ngomong-ngomong,
akhirnya terbit juga Son of Neptune edisi Indonesia. Covernya keren,
tapi aku lebih suka cover yang ada Percy-nya. Dan, apakah terjadi
pergantian penerjemah dari edisi Percy Jackson ??? Maksudku, pergantian
istilah dan terjemahan ramalan yang jauh lebih enak rimanya di edisi
Percy Jackson dan yang edisi bahasa Inggris. Bandingkan aja
Kata kata yang aku suka:
To the north, beyond the gods, lies the legion's crown. Falling from ice, the son of Neptune shall drown
Pergi ke utara,menuju negri nirdewa,terletak mahkota legiun. Terjatuh dari es, anak Neptunus tenggelam
SUMBER: Bukumaniak.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar