Terpesona The Hobbit An Unexpected Journey
The
Hobbit, An Unexpected Journey, sebuah film yang sudah menarik
perhatianku sejak rumor pembuatan filmnya sekitar dua tahun yang lalu.
Sebagai penggemar berat saga trilogi The Lord Of The Rings (TLOTR),
sudah tentu kehadiran The Hobbit sangat kunantikan, karena film ini akan
melengkapi rangkaian cerita yang sudah terjalin sebelumnya di trilogi
TLOTR.
Mungkin
bagi sebagian pembaca setia wongkentir, ini adalah sebuah tema baru
muncul di blog ini. Setelah setia dengan tema perjalanan di
postingan-postingan sebelumnya, kali ini muncul postingan tentang movie.
Tapi meski yang kutulis kali ini adalah tentang movie, bukan berarti
ini adalah postingan tentang review atau sinopsis tentang cerita movie
itu (atau mungkin lebih tepatnya spoiler, bagi yang belum nonton
filmnya), tapi lebih ke arah bagaimana opini pribadiku tentang film ini.
Jadi bagi yang tidak suka spoiler, jangan takut untuk membaca postingan
ini

Film
The Hobbit : An Unexpected Journey ini adalah film dari novel adaptasi
berjudul The Hobbit Karya J.R.R Tolkien, seorang penulis besar kelahiran
Inggris. Novel ini adalah novel pendahulu (prekuel) dari novel TLOTR
yang juga ditulis oleh Tolkien. Bagi para penggemar film, pastinya sudah
tahu bagaimana meledaknya trilogi film TLOTR di box office. Ratusan
juta dollar masuk kedalam kantong studio New Line Cinema selaku produser
dari ketiga film TLOTR. Dari wikipedia, pendapatan yang diperoleh dari
ketiga film mencapai angka USD$ 2,917,506,956 dengan bujet total
ketiganya hanya USD$ 281,000,000.
Selain
sukses secara finansial, kualitas TLOTR juga diakui oleh para pemerhati
film dunia. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya salah satu film dari
trilogi LOTR yakni The Return Of The King yang merupakan seri
terakhirnya, menjadi film terbaik dalam gelaran Academy Awards yang
ke-76 tahun 2004. Selain menyabet gelar film terbaik, sang sutradara,
Peter Jackson juga diganjar gelar Sutradara Terbaik. Selain itu kedua
film yang lain, The Fellowship of The Ring dan The Two Tower juga meraih
beberapa gelar di acara serupa di tahun 2002 dan 2003, meski yang
disabet bukan gelar utama seperti best picture alias film terbaik.
Hampir
sepuluh tahun berselang, Peter Jackson dan New Line Cinema ingin
mengulang kembali sukses tersebut. Dengan didukung jajaran tim dan
pemain yang hampir seratus persen sama dengan tim kala pembuatan TLOTR,
Peter membangkitkan kembali kisah dongeng klasik dunia Middle Earth yang
tersohor itu lewat The Hobbit. Menurutku ini sangat luar biasa. Bagi
Peter Jackson, tidak akan sulit mengarahkan kru dan pemain karena sudah
pernah bekerja sama sebelumnya. Bagi para pemain macam Elijah Wood, Ian
Mckellen, Hugo Weaving ataupun Orlando Bloom, bermain kembali di prekuel
The Lord Of The Rings akan menjadi pengalaman luar biasa yang tak
terlupakan. Dan bagi para penonton, pemain-pemain lama ini membuat
jalinan cerita antara The Lord Of The Rings dan The Hobbit menjadi utuh
dan saling bertautan.
Salah
satu bagian yang menarik perhatianku adalah kenyataan bahwa Peter
Jackson akan mengadaptasi cerita novel The Hobbit dalam tiga film alias
Trilogi, yakni An Unexpected Journey, The Desolation of Smaug dan There
and Back Again. Jadi, jika biasanya satu novel menjadi satu film
(seperti dalam film TLOTR atau seri Harry Potter 1 6), atau satu novel
menjadi dua film (seperti dalam film Harry Potter and the Deathly Hallow
dan Twilight Breaking Dawn), The Hobbit tampil beda dengan satu novel
menjadi tiga buah film. Sepertinya motif ekonomi menjadi alasan yang
sangat kuat dibalik pembuatan trilogi The Hobbit ini.
Dan
saat release film pun tiba. Per hari Kamis, tanggal 13 Desember 2012,
film The Hobbit release di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Aku
akhirnya mendapatkan kesempatan menonton hari Minggu, 16 Desember 2012.
Film dibuka dengan adegan percakapan Bilbo Baggins dan Frodo Baggins
yang terjadi sesaat sebelum adegan Frodo membaca buku di padang rumput
Shire. Adegan ini menjadi benang merah penyambung antara The Hobbit dan
The Lord Of The Rings. Setelahnya kita dibawa ke masa lalu Bilbo Baggins
yang melakukan petualangan menjelajahi middle earth bersama bangsa
kurcaci dan Gandalf sang penyihir dalam rangka merebut kembali istana
bangsa kurcaci di Erebor yang dikuasai oleh seekor naga bernama Smaug.
Dengan
adaptasi satu buku menjadi tiga film, tempo cerita memang terasa lebih
lambat. Tapi, cerita menjadi sangat detil. Tampaknya di film ini Peter
Jackson mengeluarkan semua idealismenya. Dia kerahkan tim visual
effectnya untuk membangun karakter-karakter mahkluk middle earth dengan
lebih detil seperti Troll, Orc, Dwarf, Elf, Human, Warg, Wizard dan
lainnya. Lalu bagaimana dia memvisualisasikan Erebor, kerajaan sang
kurcaci, dengan sebuah setting yang sangat indah. Dia juga mengeksplor
lebih dalam lagi keindahan rivendell, sang rumah peri, dengan
menambahkan iringan alunan musik dari petikan harpa. Dan idealismenya
yang paling luar biasa menurutku adalah bagaimana usahanya untuk
mengeksplor dan menunjukkan pada dunia keindahan bumi Selandia Baru.
Rerumputan Shire yang hijau, Perbukitan dengan belasan air terjun yang
mengalir di Rivendell, goa-goa yang gelap tapi eksotis di Erebor serta
sunset dan sunrise yang sempurna di beberapa adegan film.
Menonton
film ini benar-benar membuatku mupeng berat akan indahnya alam Selandia
Baru yang beberapa tahun terakhir ini mendapati julukan bumi middle
earth. Semoga suatu saat nanti, aku mendapatkan kesempatan untuk
berkunjung kesana, Amiiinn.
Satu
lagi. Sama seperti pendahulunya, The Hobbit An Unexpected Journey
menyajikan banyak sekali quote-quote menarik yang bisa menjadi
penyemangat hidup ataupun sekedar inspirasi.
Satu
quote yang kusuka di film ini adalah saat Lady Galadriel menanyakan ke
Gandalf, mengapa dia memilih seorang Hobbit (yang dalam hal ini Bilbo
Baggins), untuk menemani perjalanan para kurcaci merebut kembali rumah
mereka di Erebor. Padahal Hobbit adalah mahkluk yang lemah. Mereka
banyak menghabiskan waktu untuk berkebun dan tidak pernah bertarung.
Disini jawaban Gandalf sangat luar biasa indah.
“Saruman
believes it is only great power that can hold evil in check, but that
is not what I have found. I found it is the small everyday deeds of
ordinary folk that keep the darkness at bay. Small acts of kindness and
love”
Yang kalau dibahasa indonesiakan kira-kira sbb:
“Saruman
percaya bahwa hanya kekuatan besar yang dapat menahan kekuatan jahat,
tetapi bukan itu yang aku temukan. Yang aku temukan justru hal-hal kecil
dari orang-orang biasa yang membuat kegelapan itu terhalang. Hal itu
kecil itu adalah kebaikan dan cinta”
Finally,
selamat menonton bagian pertama dari trilogi film The Hobbit. Menonton
film trilogi seperti the Hobbit artinya bersiap untuk penasaran setahun,
karena lanjutan serinya baru akan di release tahun depan. Dan kemudian
bagian akhir akan di release dua tahun lagi. Sumber: http://wongkentir.blogdetik.com/2012/12/17/terpesona-the-hobbit-an-unexpected-journey/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar