Linkin Park Street Team Indonesia

Jumat, 01 Februari 2013

Preview film The Hobbit

Terpesona The Hobbit An Unexpected Journey

The Hobbit, An Unexpected Journey, sebuah film yang sudah menarik perhatianku sejak rumor pembuatan filmnya sekitar dua tahun yang lalu. Sebagai penggemar berat saga trilogi The Lord Of The Rings (TLOTR), sudah tentu kehadiran The Hobbit sangat kunantikan, karena film ini akan melengkapi rangkaian cerita yang sudah terjalin sebelumnya di trilogi TLOTR.



Mungkin bagi sebagian pembaca setia wongkentir, ini adalah sebuah tema baru muncul di blog ini. Setelah setia dengan tema perjalanan di postingan-postingan sebelumnya, kali ini muncul postingan tentang movie. Tapi meski yang kutulis kali ini adalah tentang movie, bukan berarti ini adalah postingan tentang review atau sinopsis tentang cerita movie itu (atau mungkin lebih tepatnya spoiler, bagi yang belum nonton filmnya), tapi lebih ke arah bagaimana opini pribadiku tentang film ini. Jadi bagi yang tidak suka spoiler, jangan takut untuk membaca postingan ini :)
Film The Hobbit : An Unexpected Journey ini adalah film dari novel adaptasi berjudul The Hobbit Karya J.R.R Tolkien, seorang penulis besar kelahiran Inggris. Novel ini adalah novel pendahulu (prekuel) dari novel TLOTR yang juga ditulis oleh Tolkien. Bagi para penggemar film, pastinya sudah tahu bagaimana meledaknya trilogi film TLOTR di box office. Ratusan juta dollar masuk kedalam kantong studio New Line Cinema selaku produser dari ketiga film TLOTR. Dari wikipedia, pendapatan yang diperoleh dari ketiga film mencapai angka USD$ 2,917,506,956 dengan bujet total ketiganya hanya USD$ 281,000,000.
Selain sukses secara finansial, kualitas TLOTR juga diakui oleh para pemerhati film dunia. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya salah satu film dari trilogi LOTR yakni The Return Of The King yang merupakan seri terakhirnya, menjadi film terbaik dalam gelaran Academy Awards yang ke-76 tahun 2004. Selain menyabet gelar film terbaik, sang sutradara, Peter Jackson juga diganjar gelar Sutradara Terbaik. Selain itu kedua film yang lain, The Fellowship of The Ring dan The Two Tower juga meraih beberapa gelar di acara serupa di tahun 2002 dan 2003, meski yang disabet bukan gelar utama seperti best picture alias film terbaik.
Hampir sepuluh tahun berselang, Peter Jackson dan New Line Cinema ingin mengulang kembali sukses tersebut. Dengan didukung jajaran tim dan pemain yang hampir seratus persen sama dengan tim kala pembuatan TLOTR, Peter membangkitkan kembali kisah dongeng klasik dunia Middle Earth yang tersohor itu lewat The Hobbit. Menurutku ini sangat luar biasa. Bagi Peter Jackson, tidak akan sulit mengarahkan kru dan pemain karena sudah pernah bekerja sama sebelumnya. Bagi para pemain macam Elijah Wood, Ian Mckellen, Hugo Weaving ataupun Orlando Bloom, bermain kembali di prekuel The Lord Of The Rings akan menjadi pengalaman luar biasa yang tak terlupakan. Dan bagi para penonton, pemain-pemain lama ini membuat jalinan cerita antara The Lord Of The Rings dan The Hobbit menjadi utuh dan saling bertautan.
Salah satu bagian yang menarik perhatianku adalah kenyataan bahwa Peter Jackson akan mengadaptasi cerita novel The Hobbit dalam tiga film alias Trilogi, yakni An Unexpected Journey, The Desolation of Smaug dan There and Back Again. Jadi, jika biasanya satu novel menjadi satu film (seperti dalam film TLOTR atau seri Harry Potter 1 6), atau satu novel menjadi dua film (seperti dalam film Harry Potter and the Deathly Hallow dan Twilight Breaking Dawn), The Hobbit tampil beda dengan satu novel menjadi tiga buah film. Sepertinya motif ekonomi menjadi alasan yang sangat kuat dibalik pembuatan trilogi The Hobbit ini.
Dan saat release film pun tiba. Per hari Kamis, tanggal 13 Desember 2012, film The Hobbit release di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Aku akhirnya mendapatkan kesempatan menonton hari Minggu, 16 Desember 2012. Film dibuka dengan adegan percakapan Bilbo Baggins dan Frodo Baggins yang terjadi sesaat sebelum adegan Frodo membaca buku di padang rumput Shire. Adegan ini menjadi benang merah penyambung antara The Hobbit dan The Lord Of The Rings. Setelahnya kita dibawa ke masa lalu Bilbo Baggins yang melakukan petualangan menjelajahi middle earth bersama bangsa kurcaci dan Gandalf sang penyihir dalam rangka merebut kembali istana bangsa kurcaci di Erebor yang dikuasai oleh seekor naga bernama Smaug.
Dengan adaptasi satu buku menjadi tiga film, tempo cerita memang terasa lebih lambat. Tapi, cerita menjadi sangat detil. Tampaknya di film ini Peter Jackson mengeluarkan semua idealismenya. Dia kerahkan tim visual effectnya untuk membangun karakter-karakter mahkluk middle earth dengan lebih detil seperti Troll, Orc, Dwarf, Elf, Human, Warg, Wizard dan lainnya. Lalu bagaimana dia memvisualisasikan Erebor, kerajaan sang kurcaci, dengan sebuah setting yang sangat indah. Dia juga mengeksplor lebih dalam lagi keindahan rivendell, sang rumah peri, dengan menambahkan iringan alunan musik dari petikan harpa. Dan idealismenya yang paling luar biasa menurutku adalah bagaimana usahanya untuk mengeksplor dan menunjukkan pada dunia keindahan bumi Selandia Baru. Rerumputan Shire yang hijau, Perbukitan dengan belasan air terjun yang mengalir di Rivendell, goa-goa yang gelap tapi eksotis di Erebor serta sunset dan sunrise yang sempurna di beberapa adegan film.
Menonton film ini benar-benar membuatku mupeng berat akan indahnya alam Selandia Baru yang beberapa tahun terakhir ini mendapati julukan bumi middle earth. Semoga suatu saat nanti, aku mendapatkan kesempatan untuk berkunjung kesana, Amiiinn.
Satu lagi. Sama seperti pendahulunya, The Hobbit An Unexpected Journey menyajikan banyak sekali quote-quote menarik yang bisa menjadi penyemangat hidup ataupun sekedar inspirasi.
Satu quote yang kusuka di film ini adalah saat Lady Galadriel menanyakan ke Gandalf, mengapa dia memilih seorang Hobbit (yang dalam hal ini Bilbo Baggins), untuk menemani perjalanan para kurcaci merebut kembali rumah mereka di Erebor. Padahal Hobbit adalah mahkluk yang lemah. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk berkebun dan tidak pernah bertarung. Disini jawaban Gandalf sangat luar biasa indah.
“Saruman believes it is only great power that can hold evil in check, but that is not what I have found. I found it is the small everyday deeds of ordinary folk that keep the darkness at bay. Small acts of kindness and love”
Yang kalau dibahasa indonesiakan kira-kira sbb:
“Saruman percaya bahwa hanya kekuatan besar yang dapat menahan kekuatan jahat, tetapi bukan itu yang aku temukan. Yang aku temukan justru hal-hal kecil dari orang-orang biasa yang membuat kegelapan itu terhalang. Hal itu kecil itu adalah kebaikan dan cinta”
Finally, selamat menonton bagian pertama dari trilogi film The Hobbit. Menonton film trilogi seperti the Hobbit artinya bersiap untuk penasaran setahun, karena lanjutan serinya baru akan di release tahun depan. Dan kemudian bagian akhir akan di release dua tahun lagi. 



Sumber: http://wongkentir.blogdetik.com/2012/12/17/terpesona-the-hobbit-an-unexpected-journey/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar